Follow Us @soratemplates

11/07/22

Belajar Public Speaking : Mengatasi Takut Bicara

Juli 11, 2022 0 Comments


 Hai hai,, 


Belakangan ini saya yang introvert ini sering disuruh buat "speak up" bicara di depan public yang pasti selalu membuat saya gemetar bergetar penuh hentar (apasih :p) . 
Well tapi beneran sih, saya bisa dikasih kerjaan administrasi, terjemahan, back-desk yang perlu dikerjakan dengan penuh kesabaran. Tapi kalau disuruh ngomong di depan oraang., BIG NO!. 

Tapi karena kriteria perusahaan adalah mendorong staff nya buat belajar, saya malah dikasih tugas - tugas rutin seperti : Mengajar bahasa Jepang, moderator meeting, MC webinar.  :)) 

Well, baiklah sebagai pemula, bila berbicara di depan publik saya selalu mengalami beberapa hal di bawah ini  : 
  1. Berbicara terbata - bata 
  2. Suara Kecil dan gemetar
  3. Gagap Berlebihan
  4. Tidak Berani menatap mata orang lain 
Karena saya merasa perlu mencari tips dan trip untuk mengatasi rasa gugup saya, akhirnya saya beli buku tentang belajar public speaking yang berjudul : Bicara itu Ada Seninya, karya Oh Su Yang. 

Dalam buku tersebut disebutkan bahwa ada beberapa cara mengatasi rasa gugup yaitu :


Membuat Karikatur Pendengar 

Dalam hal ini, dianjurkan berpikir bahwa audiens bukanlah orang yang akan menilai kita, melainkan orang yang mendengar dengan gembira.

>> Kalau versi saya, karena melihat tatapan – tatapan audiens itu seolah – olah mengintimidasi, kalau berbicara offline maka saya akan mengarahkan pandangan saya sedikit ke atas (ke bagian kepala audiens). Kemudian bila itu diadakan online maka saya lebih memilih untuk me-minimize tampilan layar zoom yang memperlihatkan layar audiens dan berbicara menatal layar laptop.

 

Menghindari Merendahkan Kapasitas Diri

 

Dianjurkan untuk menghindari kalimat – kalimat seperti :

“Saya tidak sempat mempersiapkannya dengan baik…”

“Saya banyak kekurangan, tapi….”

Karena kalimat – kalimat di atas tidak akan berfungsi untuk mengungkapkan rasa rendah hati, melainkan mengurangi kepercayaan audiens turun, membuat mereka tidak focus dan menjadika diri kita sendiri gelisah dengan asumsi – asumsi di kepala kita yang tidak bisa dihindari.

 

>> Kali ini saya setuju dengan hal di atas. Saya pernah salah mengucapkan jadwal selesainya acara, padahal saya tahu betul bahwa itu adalah kelalaian saya yang tidak fokus. Kemudian karena tidak ingin terlihat kurang fokus saat tampil maka saya berlagak seolah saya tidak tahu dan tidak sadar bahwa jam selesai acara diundur 30 menit dari awal J.

 

Mempelajari Konten

 

Mempelajari konten presentas akan lebih mudah dalam berbicara.

>> yang ini sudah pasti dan wajib hukumnya.

 

Mengucapkan Mantra dengan Penuh Keyakinan.

 

“Bissmilliah!”


Hal - hal diatas sebenarnya merupakan hal umum yang bisa kita baca dan temukan dimana saja. 

Yang jelas kemampuan bicara, dan rasa takut saat bicara tidak akan bisa sembuh dengan instan. Pelu adanya jam terbang, banyak latihan, trial error dan banyak - banyak belajar dari kesalahan.


Well itu saja dari saya, untuk tips dan trik lainnya terkait belajar bicara akan diupdate lagi di post berikutnya.


Well, 


SALAM




08/07/22

Seberapa Perlunya Konsultasi ke Psikolog

Juli 08, 2022 0 Comments

 


Dewasa ini katanya semakin kesini semakin banyak orang yang aware dengan yang namanya mental health. Kalau nggak percaya coba datang ke toko buku deh,  pasti buku - buku terkait pengembangan diri, psikologi dan motivasi akan kalian temui di jajaran etalase rak depan yang diunggulkan di toko buku. Hal itu bisa jadi penanda bahwa semakin demanding nya pembaca atau masyarakat untuk memahami lebih terkait "ilmu manusia" itu sendiri.  Atau bisa jadi penanda bahwa semakin meningkatnya tingkat tekanan hidup yang membuat kondisi jiwa atau mental manusia terganggu atau mengalami stress.  (mengenai hal ini saya pernah baca di Quora, tapi lupa sumbernya 😅)

Untuk datang ke psikologpun dewasa ini bukan menjadi suatu hal yang aneh dimata masyarakat, khususnya milenial. Saya beberapa kali pernah diskusi dengan beberapa teman saya terkait perlu tidaknya datang ke psikolog ini, entah karena sedang merasa tertanggu dan membutuhkan bantuan, atau mencari sudut pandang lain tentang karir love dan life. 

Well, tapi kadang untuk datang ke psikolog sendiri, bagi beberapa orang termasuk saya, merupakan hal yang cukup penuh pertimbangan. Ragu antara bener nggak sih kita perlu pergi ke psikolog atau nggak. 

Mengutip dati Halodoc , seseorang perlu pergi ke psikolog bila mengalami hal di bawah ini : 

  1.  Sedih berkepanjangan
  2. Stress jangka panjang
  3. Rasa cemas sulit dikendalikan
  4. Suasana hati berubah ekstrem
  5. Bersikap paranoid 
  6. Muncul halusinasi
  7. Menyakiti diri sendiri 

Pengalaman Pergi Ke Psilokolog

Kalau saya sendiri, karena waktu itu rasanya saya mengalami sedih yang berkepanjangan, tidak punya semangat beraktivitas, dan pengaruh ke produktivitas akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke psikolog daripada penasaran. 

Saya pergi ke salah satu psikolog di daerah Jakarta Barat setelah sebelumnya sudah dipesankan janji temu oleh teman saya. Sebenarnya waktu itu saya harusnya dapat jadwal psikolog laki -laki, tapi karena teman saya ini ngotot minta psikolog perempuan mengingat saya yang lagi supersensitif dan susah buat terbuka sama orang luar, dan akhirnya dapatlah saya jadwal psikolog perempuan yang bisa di temui di akhir pekan. 

Jadi, sebelum hari H, saya diminta untuk mengisi form yang kurang lebih isinya menanyakan masalah pribadi saya dan apa yang diharapkan setelah konsultasi ke psikolog.
ketika hari H, sesampainya disana saya langsung dipersihlahkan bertemu dengan psikolognya tanpa perlu mengisi form apapun lagi. 
Setelah memasuki ruang psikolognya, kita kenalan satu sama lain dulu, masih santai, relaks dan proses penyesuaian diri dengan psikolog dan ruangananya. 
Kemudian setelah seitar 10 menit baru dimulai untuk sesi konsultasinya, dimulai dari alasan pergi kesana, masalah yang dihadapin belakangan, ditanyaain pertanyaan - pertanyaan yang sifatnya "memancing" apasih sebenrnya yang saya pikirkan, rasakan, dan pendapat mengenai orang - orang sekitar. 

Dan seperti itu, lalu ada sesi terapinya juga dimana saya disuruh membayangkan jika saya begini apa yang mau dikatan dan dilakukan,, (ada namanya metodenya, tp lupa ;p). Kemudian sebagai konklusinya, psikolognya juga memberi masukan dan saran kedepannya, apa yang harus dilakukan. mulai dari hal kecil terlebih dulu, mulai dari rencana hari esok, tujuannya mau ngapaian, goalsnya apa, disuruh mencatat kalau udah nemu goal baru yang bisa bikin semangat hidup. Disuruh bolos kerja aja misal emang lagi bener - bener pengen dan butuh satu hari untuk nggak ngapa - ngapain (well padahal nggak usah disuruh udah kayak begitu sayanya ;) ) 

Dan begitulah,, satu sesi konsultasi saya berakhir dalam waktu 1 jam. 


Berapa biaya untuk 1 sesi konsultasi ? 

Sebenarnya ada dua pilihan konsultasi tatap muka atau melalui online, 

Untuk tatap muka biaya untuk 1 sesi (60 menit) adalah Rp 399.000,00

Untuk online melalui voice call/viceo call 1 sesi (60 menit) kalau tidak salah  sekitar Rp 250.000,00 


Apakah Worth it dengan nilai sedemikian ? 

Mmmm,,, untuk saya yang waktu itu rasanya udah urgent, saya rasa waktu satu jam berkonsultasi dengan psikolog cukup untuk menenangkan diri saya sendiri. 

Tapi kalau untuk datang lagi, sepertinya tidak, karena pada akhirnya setelah saya pergi kesana, saya pikir orang - orang yang perlu pegi ke psikolog adalah mereka yang tidak bisa mengekpresikan atau membuka diri mereka ke oarng yang ada disekitar mereka dengan jujur.


Karena pada intinya menurut saya, ketika kita punya masalah, dan masalah tersebut tidak bisa dishare/ dibagi ke lainnya entah karena faktor apapun misal masalah terlalu private sehingga tidak ada orang yang bisa dipercaya untuk berbagi cerita tersebut, maka kebutuhan untuk "berbicara" ke psikolog itu penting. Kenapa ? Karena  ibarat cangkir yang udah penuh dan pekat, mau tidak mau yaa harus dikeluarkan isinya sebelum berubah jadi racun yang merusak diri sendiri, deshou ?.


Tapi kalau masih ada orang yang dipercaya, meskipun itu cuma satu orang (haha), berbagi cerita tanpa ada layer dari kamu sendiri, kalau masih ada orang yang bisa "mendengarkan" tanpa kamu perlu merasa menutup-nutupi kenapa harus pergi ke psikolog ? . Dengan catatan orang itu bisa kamu percaya dan kamu bisa bercerita apa adanya dengan jujur (even you are in good or bad/white or black mode) dan mendapat support yang cukup baik. 


Karena jujur,, buat terbuka sama orang itu susah, dan psikolog itu ibaratanya masih stranger . Well, kecuali kalau memang sudah ditahap yang memang benar - benar butuh terapi psikolog lanjutan atau udah nggak ada orang yang dipercaya, mungkin saya nanti ke psikolog lagi :). 

.


Well, salam  :) 



28/06/22

Perspektif : Wanita Karir vs Ibu Rumah Tangga

Juni 28, 2022 0 Comments


 

Beberapa waktu lalu teman saya membuka obrolan tentang pilihan untuk menjadi wanita karir atau Ibu Rumah Tangga. Sebagai perempuan, sudah pasti akan tiba masanya dimana dia mau tidak mau akan dihadapkan pada dua pilihan tersebut. Terlebih lagi apabila dia hendak menuju ke jenjang pernikahan dimana pada umumnya kebanyakan pasangannya akan meminta dirinya untuk fokus pada rumah tangga. 


Hal ini sebenarnya juga sudah menjadi concern  saya dari dulu. Ibu saya adalah seorang single parent, dan beliau selalu menekankan kepada saya bahwa mau punya suami seperti apapun, seorang perempuan itu harus punya penghasilan sendiri, harus bekerja dan tidak boleh hanya bergantung pada suami. Alasannya, tidak lain dan tidak bukan karena kita tidak pernah tahu hidup kedepannya itu seperti apa.  Mungkin beliau berkaca pada dirinya sendiri dimana dia harus berjuang untuk membesarkan ke-tiga anaknya seorang diri dan harus membekali mereka dengan pendidikan yang mumpumi. Well baiklah, pada saat itu saya paham betul kenapa wanita harus bekerja... 


Namun disisi lain, saya juga tidak ingin menjadi seperti ibu saya. Dalam artian, dimana hampir sebagian besar waktunya didedikasikan untuk pekerjaan. Meskipun tujuan akhirnya tetap sama, yaitu untuk ketiga anaknya. Tanpa menepiskan fakta bahwa effort Ibu saya sudah cukup patut dipuji, namun ada satu hal yang perlu lebih dijadikan koreksi, yaitu waktu dan perhatiannya untuk anak - anaknya. Mungkin saya masih bisa maklum karena waktu itu Ibu saya tidak ada pilihan lainnya, menjad single figther secara tiba - tiba dan tidak ada pengalaman yang sedemikian rupa sebelumnya. Tapi lain halnya dengan saya...,


Sebagai perempuan, saya juga punya cita -cita, saya punya mimpi yang tinggi juga namun bagi saya itu ada masanya kapan saya harus tetap mengejar dan kapan saya harus berhenti. Bila usia saya ada di sekitaran 23-28 mungkin masih saya akan kejar. Tetapi diatasnya, saya akan lebih memilih untuk mempersiapkan "hal lainnya". 


Mencari jalan tengah diantara dua pilihan

Di usia -usia 28 ke atas, bila ditanya keinginan saya mau jadi apa dan kerja dimana, saya selalu bilang kalau saya ingin jadi penerjemah freelance (kebetulan bidang saya ada di bahasa asing), dimana saya bisa bekerja dimana saja tanpa harus terikat jam kerja dan harus datang ke kantor. 

 Tapi namanya hidup tidak selalu sesuai apa yang diingingkan deshou ?:). Cari kerja freelance tidak semudah mencari kerja full time. Harus didukung dengan skill dan jam terbang yang mumpuni. Sempat ada project terjemahan yang saya tangani namun karena harus membagi waktu antara pekerjaan kantor dan project freelance akhirnya saya keteteran :) . 

Sampai akhirnya.., karena pandemi kerja full time saya menjadi WFH atau kerja remote, kemudian hingga pandemi usai, kantor saya masih tidak mewajibkan untuk kerja dari kantor :). huwoo the universe lagi di pihak saya (Lol, pedee :p). Jadi sekarang saya masih kerja full time namun berasa freelance. Sehingga untuk saat ini saya memutuskan untuk tetap disini saja dulu, sambil mengasah skill dan belajar mengatur kecepatan terjemahan saya. 

Meskpiun sebenarnya saya belum butuh - butuh amat untuk kerja stay dari rumah, karena belum ada pandangan untuk menikah dalam jangka waktu dekat ini. Tapi tidak ada salahnya dong dipersiapkan dari awal, toh juga ini yang saya inginkan dari dulu. 


Well, jadi saran saya untuk perempuan - perempuan diluar sana yang tengah dilema dalam dua pilihan mengejar karir atau menjadi Ibu Rumah tangga, adalah : 

1) Pertimbangkan kembali plus minus dari masing - masing pilihan

2) Mencari jalan tengah entah itu freelance, kerja remote, atau jualan

3) Asah skill dalam bidang yang dipilih

4) Planning dari jauh - jauh hari

5) Ekseskusi dan dicoba aja dulu .


Well, begitulah.., perspektif dari saya. 

Mungkin kalau ada waktu dan ide lainnya akan diupdate lagi. 


Salam



25/06/22

Obat Anti Galau

Juni 25, 2022 0 Comments

Sebagai mba- mba Cancer yang katanya sensitif, kalau sedih drama parah, melankolis, baperan dan cry baby~ :), masalah galau menggalau & overthinking itu udah jadi makanan saya dari jaman muda. Katanya kalau orang lain rasainnya sepuluh, si Cancer itu dalam hatinya rasanya dua kali lipatnya. Makanya lebaaay :0 kena bentak dikit aja ga bisa nahan air mata (kacau parah deh!). Malu kan jadi Cancer 😭.


 (dahlah,,, yuk serius bahas topiknya :)), 


Terlepas dari zodiaknya apa, sebagai manusia itu wajar dan sangat maklum sekali kalau mengalami namanya sedih, overthinking, galau, hampa, putus asa, capek. Kenapa ? Karena manusia itu punya hati, dan hati fitrahnya ya harus menanggung semua emosi - emosi negatif itu yang akhirnya jadi terasa sesak, deshou


Ada satu titik dimana saya benar - benar kacau (yang ini beneran kacau karena ngefeknya sampai nggak bisa tidur, nggak berani tidur, sekalinya tidur pasti akan bangun tengah malam karena mimpi buruk, sekalinya melek di siang hari pun bawaannya pengen nangis, awal mula kena asam lambung). Sampai - sampai kata temen, saya perlu diruqiah :). 


Tapi emang waktu itu rasanya kayak kena serangan mental dari segala sisi dimana lagi ngerjain skripsi,  mikir tabungan cukup nggak-nya buat sampai selesai kuliah eh  malah laptop hilang (a.ka ibu saya sakit jadi nggak mungkin ngrepotin lagi), nolak tawaran bantuan dosen buat S2 ke Jepang karena stroke ibu saya kambuh lagi (pengan banget tuh nge-iyain dosen, tapi juga khawatir ibu saya kenapa - napa), trauma dan takut ketemu orang lama yang masih suka kirim - kirim barang ke rumah dan kontak teman - teman saya  & disisi lain merasa bersalah sekali gara - gara bikin anak orang desperate nggak lulus - lulus kuliah. 

 Dan pula waktu itu saya jauuh sekali dari namanya Ibadah (kalau inget & diingetin doang ibadahnya :"), terima kasih ya yang udah mau ingetin).


Untungnya waktu itu saya juga nggak tinggal sendirian, karena tinggal satu semester saya memutuskan share room dengan teman saya (perempuan :)). Nah, dia ini anaknya juga struggle, pagi kuliah, siang kegiatan kampus, sore part time job. Jadi dia paling mampir ke kosan cuma buat sholat, mandi, dan tidur.  Pokoknya kalau liat dia seliwar seliwer pagi siang sore, saya jadi malu sendiri kalau kerjaannya cuma nangis/ bengong di kamar,, hehe. 

Hingga pada suatu maghrib, saya lagi kumat tuh, meringkuk di pojokan, pura - pura tidur padahal nangis, disisi lain temen saya ini baru datang dan langsung sholat magrib. Setelah sholat maghrib dia sempetin baca Al-Quran sekitar 10-15 menitan. Disitu, dipojokan kamar saya dengerin dia ngaji dan gatau gimana jelasinnnya hati saya juga jadi ikutan tenang. 


Besoknya, saya buka tuh Al-Qur'an yang nggak tahu kapan terakhir kali saya buka, setelah sholat maghrib saya baca Qur'an. Bacanya nggak dengan yang santai gitu dong, bacanya sambil nangis karena semakin saya baca semakin dalem pikiran saya pergi kemana - mana. Kalau boleh memfilosifikan versi saya sendiri, rasanya kayak lagi curhat ke Allah sambil flashback apa aja yang udah saya lakukin dan apa yang lagi menimpa saya saat itu. Dan Demi Allah saya nggak melebih-lebihkan, waktu itu jangankan baca Qur'an, sholat aja masih sering saya pertanyakan apa fungsinya -Astagfirullah.


Begitulah awal mula saya baca Qur'an, besoknya lagi saya baca lagi. Sambil baca ayat demi ayat pikiran saya kemana - mana lagi, jadi inget dosa saya banyaak sekali, sampai saya nangis lagi, mohon ampun. Dan seterusnya.., hingga beberapa waktu kemarin saya sempat ikut kelas ngaji, benerin bacaan. (anyway nilai agama saya BC sementara matkul lainnya diatas BC semua :), jadi saya merasa perlu memperbaiki bacaan saya). 

Begitulah, semenjak itu baca Qur'an selalu jadi obat penenang saya, tempat meluapkan emosi saya yang udah pekat (apasih-_-). 


Dan coba tebak apa yang terjadi setelahnya ?,

Semua masalah saya selesai ?Oooh tentu tidak :D, 

Tapi hati saya jadi tenang. Sedikit demi sedikit saya  seperti dituntun untuk memperbaiki ibadah saya. Dipertemukan dengan orang - orang  yang sama - sama  belajar memperbaiki diri. 


Kemudian kalau hati udah tenang, insyaAllah maka mata dan pikiran akan lebih jelas untuk memahami apasih dan gimana sih kita baiknya menjalani sisa hidup.  

(InsyaAllah yaa, doakan saya nggak belok - belok nih ) 


Demikianlah,

Semoga bermanfaat yaah~






22/06/22

KitKat "Kitto Katsu"!

Juni 22, 2022 0 Comments

 

Kitkat


Hallooo~ 

Karena hari ini baru dapat coklat KitKat, saya jadi inget dulu pernah dikasih tahu kalau coklat pemberian Kitkat itu ada maknanya sendiri.  Mau tahu ? 

Jadi, kalau di Indonesia rajanya coklat itu Silverqueen kalau di Jepang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Kitkat. Dan di Jepang itu biasanya lebih banyak variannya daripada di negara - negara lain, contohnya yang ada di gambar saya diatas, yang warna pink itu merupakan varian strawberry.  Kemudian ada juga varian rasa yang munculnmya berdasarkan musim yang lagi berjalan di Jepnag, misal varian sakura blossom yang dibungkus dengan packaging yang kawai dan juga warna yang soft bertabur bunga - bunga sakura. 

Bahkan menurut sumber yang saya baca disini, hingga saat ini sudah ada lebih dari 300 varian rasa Kitkat yang pernah di keluarkan di Jepang. Saking banyaknya sampai - sampai saya kira Kitkat itu produknya jepang :) (jelas-jelas punya Nestle padahal :D). 

Nah, terus si Kitkat ini juga laris manis sekali di Jepang. Tiap ada moment yang membutuhkan usaha  ekstra, misal lagi masa ujian atau lagi berjuang buat mencapai goal biasanya orang - orang Jepang akan ngasih semangat dengan cara ngasih coklat, dan coklatnya ini yaa Kitkat :). 

Kenapa Kitkat ?. Usut punya usut Kitkat, kalau diucapkan pakai pronouncationnya orang Jepang bunyinya jadi Kitto Katto yang mirip dengan Bahasa Jepang "Kitto Katsu" yang artinya kurang lebih Pasti Bisa/Pasti Menang/Pasti Berhasil, begitulaah. 

Kalau mau tahu arti dan tulisan detailnya seperti di bawah ini nih : 

きっと → Kitto → Pasti (absolutelly)
勝(かつ)→ Katsu → Menang/berhasil (Win)

Seperti itulah, 

Jadi karena secara tidak sengaja pengucapannya mirip dengan Bahasa Jepang Kitto Katsu, Kitkat ini malah jadi populer di Jepang dan secara tidak langsung dianggap sebagai jimat keberuntungan supaya hasil dari ujian atau perjuangannya mencapai goal/berhasil/sukses. 

Sehingga kalau ada orang yang ngasih Kitkat itu secara tidak langsung orang tersebut mendoakan kita supaya berhasil. 
Kalau di Indonesia biasanya ada orang yang lagi berjuang maka untuk memberi semangat dia bilang "good luck". Nah kalau di Jepang tidak hanya sekedar ucapan tapi juga dalam bentuk wujud barang yaitu coklat Kitkat. Wajarlah yaa,, mengingat orang - orang Jepang itu mereka hangat sekali prilaku, manner dan human relationshipnya ke orang lain. Kalau orang - orang Indonesia cenderung dingin dan cuek. (Mohon maaf bukan menjelekkan orang Indonesia, tapi memang begitu adanya,, hhe, Thats why saya senang dan nyaman sekali waktu hidup di Jepang) 

Nah begitulah inti ceritanya slogan Kitkat di Jepang, 
Berawal dari sebuah ketidaksengajaan nama produk yang sama dengan pronouncation orang Jepang.  Hal ini tentunya tidak disia-siakan sama pihak Nestlenya, justru malah dijadikan marketing dan slogan yang semakin di push popularitinya di Jepang. 

Yak demikaianlah, 
jadi jangan iri yaa, kalau di Indonesia varian Kitkatnya tidak sebanyak di Jepang. ;p

18/06/22

Become the Protagonist of Your Own Story

Juni 18, 2022 0 Comments



Juni Menjelang Juli, 2022

It has been two years semenjak saya pindah ke Jakarta, and it is just a few weeks to come counting my last '20s. but it's okay, Am totally okay. 

Setelah dipikir - pikir lagi, kalau boleh diambil kesimpulan setiap satu dekade saya mengalami fase hidup yang berbeda. 

Fase pertama adalah masa kanak - kanak, dimana semuanya serba sempurna dan lengkap. Bermain petak umpet, barbie, rumah -rumahan. Saya si anak bungsu manja yang dengan gampangnya dibuat menangis saat diusili kakak - kakakya. Membuntuti ayah saya yang sedang lari sore di sepanjang jalan yang dikelilingi petak - petak sawah dengan sepeda adalah memori favorit saya. It was perfect.

Fase ke-dua dimulai ketika saya berusia sebelas tahun, diamana ayah saya tiada dan semuanya menjadi sepi, diam, tak bersuara. 

Fase ketiga dimulai ketika saya mulai merantau di usia dua puluh tahun. Love, live, laugh, passion, knowing people, and work semuanya berawal dari situ. Saya mulai membuka diri dengan orang luar, dalam artian bertukar pikiran, mendengarkan,dan mengamati dari berbagai macam sudut pandang. Dan seperti yang sudah  saya ceritakan sebelumnya, sepanjang dua puluhan tahun rasanya seperti naik roller coster yang naik turunnya selalu bikin berwarna. Mau diakui atau tidak diakui, dari kesulitan - kerluitan selama sepanjang tahun - tahun itulah karakter saya terbentuk menjadi sedemikian ini. Kalau tidak mengalami hal - hal semacam itu saya akan tetap menjadi si keras kepala yang angkuh, tidak peka, dingin, dan naif. Kalau tidak mengalami hal - hal semacam itu saya tidak akan menemukan Tuhan saya siapa. it was hard, yet valuable  years actually. 


 Katanya,manusia itu akan diuji 
dengan apa yang paling ia cintai, 
apa yang paling ia takuti, 
dan apa yang paling ia benci. 

Dan apabila sudah mengalami ketiga- tiganya, apaapun yang terjadi nanti terjadilah (apasih :p). Intinya saya mau bilang, When you have passed the worst, the next coming will never be the worst, Ibarat main game kalau kamu udah pernah main di level 10 ketika kamu menghadapi kesulitan di level 9, maka rasanya akan lebih mudah dihandle kan ?

Dan ketika saya berada di level 10, level yang saya pikir saya tidak bisa melewatinya ternyata saya masih bisa berdiri. Meski terseyok seyok am doing good (kata teman saya lhoh ya:p) 

Pun demikian dengan usia yang akan menjadi kepala tiga, dan segala kekhawatiran lainnya. 
"What's comin' will come, an' we'll meet it when it does." 

Believe me, everything will be okay as long as kembali menyerahkan segala keputusan kepada yang di Atas

Bismillah~

Semoga saya tetap jadi protagonis yah, meski banyak godaan di luar sana :) 






11/06/22

Review : Serum Lancome Absolue Precious Cell

Juni 11, 2022 0 Comments

 

Serum Lancome Absolue Precious Cell

HALO~ 

Kali ini saya mau coba review serum skincare dari LANCOME: Absolue Precious Cells. 

Biasanya kalau beli skincare terutama serum pasti agak deg-degan karena kulit wajah saya termasuk jenis kulit yang sensitif, dimana kalau ada kandungan bahan yang tidak cocok pasti besoknya akan langsung timbul beruntusan atau jerawat. 

Tapi karena ini produknya Lancome yaa, yang notabene reviewnya pada bagus dan cukup pricy, jadi pasti kandungannya aman dan bagus dong (modal yakin aja dah :p)  

Untuk kandungan utamanya dari serum ini adalah asam glikolat dan ekstrak mawar dalam botol kaca elegan dan lucu. Dari tampilan luarnya bisa dilihat ada dua macam cairan di dalamnya yaitu berisikan 70% cairan merah muda (asam glikolat) dan 30% oil berwarna emas yang merupakan rose essential oil, dua kandungan ini diklaim dapat mengelupaskan lapisan kulit waja tanpa membuat  kering dan dapat membuat tampilan wajah lebih bercahaya. 

Serum Lancome Absolue Precious Cell


Tidak seperti serum lainnya yang biasanya dituang atau ada pumpnya, karena ini teksturnya benar - benar cair mungkin supaya lebih efisien dan tidak gampang tumpah untuk pengaplikasiannya dibentuk dalam bentuk model spray. seperti bisa dilihat pada gambar di bawah ini, setelah tutup botolnya dibuka, ada lubang kecil untuk spray cairannya. 



Aromanya, begitu dibuka dan spray sedikit saja sudah tercium aroma mawar yang fresh dan ada sedikit sweet-nya. Untuk pengaplikasiannya biasanya saya pakai di malam hari setelah toner, di spray di tiga titik dahi, pipi kanan dan kiri, kemudian ratakan, setelah itu saya campur dengan cream malam milik FSS. 

Dan Hasilnya ?

percaya tidak percaya besoknya pas bangung bener kelihatan dong bedanya kalau pas lagi pakai serum dan nggak pakai serum. Kalau pakai serum di malam harinya, besoknya pas bangun wajah jadi terlihat lebih halus, lembab (yang tidak berminyak) dan tidak kusam. 

Dan meski dimix dengan cream malam lainnya, saya tidak merasakan adanya iritasi, gatal, atau kemerahan pada kulit. 

Well untuk serum yang ini bener- bener WAJIB repurchase lagi lah!

Kalau saya belinya di sini !! https://shope.ee/1Al13eZJnF?share_channel_code=1