Follow Us @soratemplates

28/06/22

Perspektif : Wanita Karir vs Ibu Rumah Tangga


 

Beberapa waktu lalu teman saya membuka obrolan tentang pilihan untuk menjadi wanita karir atau Ibu Rumah Tangga. Sebagai perempuan, sudah pasti akan tiba masanya dimana dia mau tidak mau akan dihadapkan pada dua pilihan tersebut. Terlebih lagi apabila dia hendak menuju ke jenjang pernikahan dimana pada umumnya kebanyakan pasangannya akan meminta dirinya untuk fokus pada rumah tangga. 


Hal ini sebenarnya juga sudah menjadi concern  saya dari dulu. Ibu saya adalah seorang single parent, dan beliau selalu menekankan kepada saya bahwa mau punya suami seperti apapun, seorang perempuan itu harus punya penghasilan sendiri, harus bekerja dan tidak boleh hanya bergantung pada suami. Alasannya, tidak lain dan tidak bukan karena kita tidak pernah tahu hidup kedepannya itu seperti apa.  Mungkin beliau berkaca pada dirinya sendiri dimana dia harus berjuang untuk membesarkan ke-tiga anaknya seorang diri dan harus membekali mereka dengan pendidikan yang mumpumi. Well baiklah, pada saat itu saya paham betul kenapa wanita harus bekerja... 


Namun disisi lain, saya juga tidak ingin menjadi seperti ibu saya. Dalam artian, dimana hampir sebagian besar waktunya didedikasikan untuk pekerjaan. Meskipun tujuan akhirnya tetap sama, yaitu untuk ketiga anaknya. Tanpa menepiskan fakta bahwa effort Ibu saya sudah cukup patut dipuji, namun ada satu hal yang perlu lebih dijadikan koreksi, yaitu waktu dan perhatiannya untuk anak - anaknya. Mungkin saya masih bisa maklum karena waktu itu Ibu saya tidak ada pilihan lainnya, menjad single figther secara tiba - tiba dan tidak ada pengalaman yang sedemikian rupa sebelumnya. Tapi lain halnya dengan saya...,


Sebagai perempuan, saya juga punya cita -cita, saya punya mimpi yang tinggi juga namun bagi saya itu ada masanya kapan saya harus tetap mengejar dan kapan saya harus berhenti. Bila usia saya ada di sekitaran 23-28 mungkin masih saya akan kejar. Tetapi diatasnya, saya akan lebih memilih untuk mempersiapkan "hal lainnya". 


Mencari jalan tengah diantara dua pilihan

Di usia -usia 28 ke atas, bila ditanya keinginan saya mau jadi apa dan kerja dimana, saya selalu bilang kalau saya ingin jadi penerjemah freelance (kebetulan bidang saya ada di bahasa asing), dimana saya bisa bekerja dimana saja tanpa harus terikat jam kerja dan harus datang ke kantor. 

 Tapi namanya hidup tidak selalu sesuai apa yang diingingkan deshou ?:). Cari kerja freelance tidak semudah mencari kerja full time. Harus didukung dengan skill dan jam terbang yang mumpuni. Sempat ada project terjemahan yang saya tangani namun karena harus membagi waktu antara pekerjaan kantor dan project freelance akhirnya saya keteteran :) . 

Sampai akhirnya.., karena pandemi kerja full time saya menjadi WFH atau kerja remote, kemudian hingga pandemi usai, kantor saya masih tidak mewajibkan untuk kerja dari kantor :). huwoo the universe lagi di pihak saya (Lol, pedee :p). Jadi sekarang saya masih kerja full time namun berasa freelance. Sehingga untuk saat ini saya memutuskan untuk tetap disini saja dulu, sambil mengasah skill dan belajar mengatur kecepatan terjemahan saya. 

Meskpiun sebenarnya saya belum butuh - butuh amat untuk kerja stay dari rumah, karena belum ada pandangan untuk menikah dalam jangka waktu dekat ini. Tapi tidak ada salahnya dong dipersiapkan dari awal, toh juga ini yang saya inginkan dari dulu. 


Well, jadi saran saya untuk perempuan - perempuan diluar sana yang tengah dilema dalam dua pilihan mengejar karir atau menjadi Ibu Rumah tangga, adalah : 

1) Pertimbangkan kembali plus minus dari masing - masing pilihan

2) Mencari jalan tengah entah itu freelance, kerja remote, atau jualan

3) Asah skill dalam bidang yang dipilih

4) Planning dari jauh - jauh hari

5) Ekseskusi dan dicoba aja dulu .


Well, begitulah.., perspektif dari saya. 

Mungkin kalau ada waktu dan ide lainnya akan diupdate lagi. 


Salam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar