Seberapa Perlunya Konsultasi ke Psikolog
Dewasa ini katanya semakin kesini semakin banyak orang yang aware dengan yang namanya mental health. Kalau nggak percaya coba datang ke toko buku deh, pasti buku - buku terkait pengembangan diri, psikologi dan motivasi akan kalian temui di jajaran etalase rak depan yang diunggulkan di toko buku. Hal itu bisa jadi penanda bahwa semakin demanding nya pembaca atau masyarakat untuk memahami lebih terkait "ilmu manusia" itu sendiri. Atau bisa jadi penanda bahwa semakin meningkatnya tingkat tekanan hidup yang membuat kondisi jiwa atau mental manusia terganggu atau mengalami stress. (mengenai hal ini saya pernah baca di Quora, tapi lupa sumbernya 😅)
Untuk datang ke psikologpun dewasa ini bukan menjadi suatu hal yang aneh dimata masyarakat, khususnya milenial. Saya beberapa kali pernah diskusi dengan beberapa teman saya terkait perlu tidaknya datang ke psikolog ini, entah karena sedang merasa tertanggu dan membutuhkan bantuan, atau mencari sudut pandang lain tentang karir love dan life.
Well, tapi kadang untuk datang ke psikolog sendiri, bagi beberapa orang termasuk saya, merupakan hal yang cukup penuh pertimbangan. Ragu antara bener nggak sih kita perlu pergi ke psikolog atau nggak.
Mengutip dati Halodoc , seseorang perlu pergi ke psikolog bila mengalami hal di bawah ini :
- Sedih berkepanjangan
- Stress jangka panjang
- Rasa cemas sulit dikendalikan
- Suasana hati berubah ekstrem
- Bersikap paranoid
- Muncul halusinasi
- Menyakiti diri sendiri
Dan begitulah,, satu sesi konsultasi saya berakhir dalam waktu 1 jam.
Berapa biaya untuk 1 sesi konsultasi ?
Sebenarnya ada dua pilihan konsultasi tatap muka atau melalui online,
Untuk tatap muka biaya untuk 1 sesi (60 menit) adalah Rp 399.000,00
Untuk online melalui voice call/viceo call 1 sesi (60 menit) kalau tidak salah sekitar Rp 250.000,00
Apakah Worth it dengan nilai sedemikian ?
Mmmm,,, untuk saya yang waktu itu rasanya udah urgent, saya rasa waktu satu jam berkonsultasi dengan psikolog cukup untuk menenangkan diri saya sendiri.
Tapi kalau untuk datang lagi, sepertinya tidak, karena pada akhirnya setelah saya pergi kesana, saya pikir orang - orang yang perlu pegi ke psikolog adalah mereka yang tidak bisa mengekpresikan atau membuka diri mereka ke oarng yang ada disekitar mereka dengan jujur.
Karena pada intinya menurut saya, ketika kita punya masalah, dan masalah tersebut tidak bisa dishare/ dibagi ke lainnya entah karena faktor apapun misal masalah terlalu private sehingga tidak ada orang yang bisa dipercaya untuk berbagi cerita tersebut, maka kebutuhan untuk "berbicara" ke psikolog itu penting. Kenapa ? Karena ibarat cangkir yang udah penuh dan pekat, mau tidak mau yaa harus dikeluarkan isinya sebelum berubah jadi racun yang merusak diri sendiri, deshou ?.
Tapi kalau masih ada orang yang dipercaya, meskipun itu cuma satu orang (haha), berbagi cerita tanpa ada layer dari kamu sendiri, kalau masih ada orang yang bisa "mendengarkan" tanpa kamu perlu merasa menutup-nutupi kenapa harus pergi ke psikolog ? . Dengan catatan orang itu bisa kamu percaya dan kamu bisa bercerita apa adanya dengan jujur (even you are in good or bad/white or black mode) dan mendapat support yang cukup baik.
Karena jujur,, buat terbuka sama orang itu susah, dan psikolog itu ibaratanya masih stranger . Well, kecuali kalau memang sudah ditahap yang memang benar - benar butuh terapi psikolog lanjutan atau udah nggak ada orang yang dipercaya, mungkin saya nanti ke psikolog lagi :).
.
Well, salam :)